KONEKSI
ANTAR MATERI MODUL 3.1.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
By: Sahriyal CGP 2 Pesawaran
Alhamdulillah ..
pada kesempatan yang baik ini kembali saya dapat merilis informasi terbaru di
blog saya ini. Yang kali ini berupa tulisan menganai Koneksi antar materi yang
telah saya pelajari dalam Program Pelatihan Guru Penggerak angkatan 2, yang kurang
lebih sudah berjalan pada bulan ke-6. Semoga informasi ini dapat memberikan
nilai manfaat bagi yang membaca. Selengkapnya saya uraikan dalam tulisan di
bawah ini.
Filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran
Ki Hadjar Dewantara yang sudah sangat kita kenal sebagai bapak
Pendidikan Indonesia telah menghasilkan karya yang sangat luar bias, bermanfaat
tentunya untuk perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah satu karya beliau
adalah pratap Triloka Pendidikan, yang terdiri dari Ing Ngarso Sungtulodo, Ing
Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
Ing ngarso
sungtulodo memiliki makna bahwa sebagai seorang guru mempunyai kewajiban terhadap anak-anak didiknya untuk menjadi teladan, dalam arti setiap ucapan dan
pebuatannya adalah contoh yang baik bagi anak-anak didiknya. Selanjutnya ing
madyo mangunkarso memiliki makna bahwa sebagai seorang guru kita harus bisa
menuntun dan memberikan semangat kepada anak-anak didiknya dalam belajar untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan mereka. Dan yang terakhir tutwuri handayani
memiliki makna bahwa sebagai seorang guru mampu memberikan dorongan dan
motivasi kepada anak-anak didiknya sehingga pemikiran anak-anak didiknya bisa
terbuka dan menimba ilmu dan mengambil wawasan yang luas.
Dari filosofi
pratap triloka pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara ini jika
diselami nilai-nilainya lebih dalam menjadi dasar untuk mengambil keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran akan menghasilkan keputusan yang tepat dan
bijaksana, terutama keputusan tersebut akan berpihak pada anak-anak didik,
bersifat objektif dan murni untuk kepentingan kemajuan pendidikan mereka.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, memilki pengaruh kepada pengambilan
suatu keputusan
Sebagai seorang
guru seyogyanya telah tertanam di dalam dirinya nilai-nilai yang positif yang
akan mempengaruhi setiap ucapan, langkah dan perilakunya. Nilai-nilai tersebut
adalah mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Tidak terkecuali,
nilai-nilai itu juga akan berpengaruh ketika seorang guru mengambil keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. Semua keputusan yang akan di ambil telah melalui
filterisasi nilai yang tertanam dalam dirinya. Baik itu proses yang mandiri dan
telah di refleksikan, kemudian berkolaborasi dengan rekan atau orang lain yang
dapat membantunya dan yang terpenting adalah keputusan tersebut baik dan
berguna untuk kepentingan pembelajaran anak-anak didiknya.
Dengan demikian ketika guru/pemimpin
pembelajaran sudah memiliki nilai-nilai diri yang positif tidak akan salah
dalam memngambil keputusan baik itu bersifat individu atau egois maupun hal-hal
lain yang akan merugikan anak-anak didiknya.
Kegiatan
terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) dalam perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah
pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas sebelumnya.
Dalam pengambilan
keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya terlaksana dengan bantuan
coaching. Dalam hal ini coaching
berperan sebagai alternatif jalan keluar ketika ketika permasalahan mengalami dilema.
Baik itu permasalahan yang terjadi pada anak-anak didik atau pun guru.
Ada peran guru
sebagai coach untuk untuk membangkitkan dan memunculkan semaksimal mungkin
potensi peserta didik untuk mampu menyelesaikan masalah sendiri apalagi masalah
yang termasuk dilemma etika dan bujukan moral. Pendidik sudah sepatutnya
menyisihkan waktunya untuk menjalankan proses coaching untuk menciptakan
kondisi pendidikan yang berpihak pada murid dan mengutamakan kepentingan
peserta didik. Kondisi yang menstimulus murid untuk berkembang sesuai dengan
kodratnya masing-masing.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika
kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Ketika guru dihadapkan
dengan masalah yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar
atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang ada dalam dirinya.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam mengambil sebuah keputusan.
Jika nilai-nilai
positif yang ada dalam dirinya maka keputusan yang diambil akan tepat, benar
dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan.
Sebagai mana
telah diketahui bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru adalah reflektif,
mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai
tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau
etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Untuk mendapatkan
keputusan yang tepat, yang berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif dan
nyaman, sebgaimana telah dipelajari bahwa selain harus memiliki paradigma dan
prinsip resolusi yang tepat juga menggunakan tahapan-tahapan sebagai pertimbangan
sebelum keputusan diambil.
Tahapan-tahapan
tersebut memiliki Sembilan langkah, mulai dari mengumpulkan fakta, mendata
siapa saja yang terlibat dalam masalah tersebut dampai dengan menggunakan
pertimbangan intuisi dan opsi trilema. Baru kemudian diputuskan mengenai kasus
tersebut. Dengan demikian keputusan yang dihasilkan tetap menjaga terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif dan nyaman. Dalam arti situasi lingkungan setelah dan
sebelum diambilnya keputusan tidak berubah.
Kesulitan-kesulitan di lingkungan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika.
Dilingkungan
dimana saya bertugas menurut saya tidak terlalu banyak hal yang membuat sulit
untuk memutuskan masalah dilema etika. Hanya saja mungkin untuk hal-hal berikut
ini perlu dicermati ketika dilema etika harus diputuskan, yaitu : Keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman menjadi salah satu kendala/kesulitan pribadi yang
muncul, kekhawatiran akan keputusan yang tidak tepat menjadi kesulitan tersendiri
dalam pengambilan keputusan, ketidakcermatan dalam mengindentifikasi fakta dan
informasi awal akan mempengaruhi ketepatan keputusan yang diambil, perbedaan
sudut pandang setiap orang dalam mengambil keputusan suatu kasus yang sama
menyebabkan sulitnya mendapatkan kesepakatan keputusan.
Pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid .
Keputusan-keputusan
yang kita ambil tentu sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan
murid-murid. Karena keputusan-keputusan tersebut diambil berdasarkan nilai
berpihak pada murid. Lain halnya jika keputusan itu tidak berpihak pada murid
atau cenderung subjektif, maka tidak akan berpengaruh pada pengajaran yang
memerdekakan murid-murid.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya
Keputusan yang
diambil pendidik sebagai pemimpin pembelajaran dalam menyelesaikan permasalahan
peserta didik sangat menentukan bagaiman langkah mereka selanjutnya, jika tepat
akan lebih menjadikan mereka mampu menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada
diri mereka, sehingga mereka dapat bertumbuh dengan baik.
Jika kurang atau tidak tepat pendidik sebagai pemimpin pembelajaran
mampu meminimalisir kemungkinan negative atau resiko dari ketidaktepatan
keputusan tersebut, sehingga anak didik pun akan tetap tumbuh sebagai insan
yang rasionalble, cermat dan teliti dalam mengambil keputusan tatkala dihadapkan
dengan persoalan yang mendera mereka.
Kesimpulan akhir yang dapat saya
tarik dari pembelajaran modul materi 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya
Dalam materi
3.1. tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat baik
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang positif, kondusif aman dan nyaman,
serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang mampu menuntun anak-anak didik
dalam merdeka belajar, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Namun materi
ini diterapkan perlu adanya dukungan secara berkesinambungan dengan pemahaman
filosifi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, serta menguasai teknik coaching yang
baik serta didasari nilai-nilai diri yang positif dalam pengambilan keputusan.
Terima
kasih, salam dan bahagia.